Latest Entries »

Sabtu, 21 Agustus 2010

Menginstal OS kedalam FD

lasan kenapa sampai saya meng-upload artikel ini, karena minggu kemarin saya pernah mengalami hal yang buruk pada PC saya, mungkin karena ada teman-teman yang agak sedikit jail mengotak-atik my PC....hingga membuat OS di PC saya kehilangan file system, sementara data-data saya masi tersimpan di my documen, otomatis ketika saya menginstal OS pada komputer saya pasti data-data saya yang berada di partisi C: akan terhapus semua.....makanya saya merasa artikel ini sangat bermanfaat bagi teman-teman yang lain di dunia IT....
tanpa perlu basa-basi panjang lebat kita langsung saja memulai mencoba

ok siapkan mata untuk membaca hehehe....

Step 1: Apakah komputer Anda bisa booting dari USB?
—————————————————-
Untuk memeriksa apakah komputer Anda bisa booting dari USB, perhatikan catatan ini:
1. Periksa dari Setup BIOS pada “Advanced BIOS Settings”, biasanya ada pilihan “boot sequence menu” atau
pilihan yang serupa dengan itu. Masing-masing BIOS yang terpasang di motherboard memiliki menu yang
berbeda-beda. Silakan merujuk pada buku panduan motherboard yang biasanya disertakan.
2. Kalau BIOS belum mendukung, silakan lakukan update BIOS. Biasanya, pada motherboard keluaran baru
selalu mendukung feature “boot from USB”.

Lakukan test apakah komputer Anda sudah bisa booting dari USB:
1. Format flashdisk dari Windows, dengan format NTFS/FAT32
Anda bisa menggunakan tool HPFormatTool yang bisa memformat flashdisk dari Start Menu.
3. Shutdown komputer.
4. Hubungkan USB drive tanpa HUB. Masukkan flash disk langsung di CPU, tanpa bantuan kabel.
5. Disconnect hardisk (cabut kabel IDE/SATA dan power dari motherboard)
6. Nyalakan komputer
7. Setup BIOS dan cobalah melakukan booting dari USB Drive. Jika BIOS tidak berhasil menemukan drive
dengan AutoDetect, tidaklah masalah. Yang penting BIOS sudah bisa booting dari USB Drive.
8. Shutdown komputer, hubungkan kembali hardisk seperti semula, dan cabut flashdisk dari CPU
9. Restart komputer

————————————————
Step 3: Dumping CD Windows XP SP 2 menjadi .ISO
————————————————
Buka UltraISO > Buat .ISO dari CD Windows XP SP 2 > Save > beri nama “WinUSBDrive.ISO”

———————
Step 4: Ekstrak File
———————
1. Buka file “WinUSBDrive.ISO” yang telah Anda buat, dengan UltraISO
2. Buka folder \i386
3. Extract file-file berikut ini ke %desktop% (biar gampang dicari)

TXTSETUP.SIF
DOSNET.INF
USB.IN_
USBPORT.IN_
USBSTOR.IN_

———————————-
Step 5 : Unpacking File-file *.IN_
———————————-
1. Gunakan CAB SDK (Cabinet SourceDevelopmentKit) dari command-line (cmd.exe) untuk mengekstrak content
file-file .IN_ di mana setiap file berisi hanya satu file .INF
2. Copy file CAB SDK ke desktop
3. Start > Run > ketik: “cmd.exe /k cd desktop” (tanpa tanda petik) > OK/Enter
Command prompt akan menampilkan:

C:\Documents and Settings\%username%\Desktop\>_

4. Ketikkan:

cabarc x USB.IN_
cabarc x USBPORT.IN_
cabarc x USBSTOR.IN_

Anda akan memperoleh file berikut:

usb.inf
usbport.inf
usbstor.inf

5. Hapus file-file *.IN_ di %desktop% tetapi jangan hapus file TXTSETUP.SIF
6. Biarkan saja Command Prompt terbuka, tidak perlu ditutup dulu.

———————
Step 6: Editing File
———————

Untuk mengedit file-file code/text dengan Notepad:

1. Bukalah File Notepad.
2. Drag-drop file yang akan diedit ke dalam Notepad.
3. Setelah selesai, tutup Notepad. Jika ada konfirmasi penyimpanan, pilih YES

Berikut ini merupakan langkah utama yang harus dilakukan, agar Windows XP SP 2 dapat diinstall pada flashdisk

6-A)— TXTSETUP.SIF

File ini di-LOAD saat awal instalasi melalui CD Installer Windows XP SP 2.
Biasanya USB devices hanya dianggap sebagai “input device” selama instalasi.
Saya akan mengubahnya agar menyertakan dukungan driver media-penyimpan pada awal instalasi.

Lakukan editing pada file TXTSETUP.SIF seperti petunjuk berikut:

Perhatikan baris mana yang harus ditambahi dan baris mana yang harus dihapus.
Baris yang diberi tanda “;insert this line” berarti tambahan yang sebelumnya tidak ada di file asli
Baris yang diberi tanda “;delete this line” berarti baris tersebut harus dihapus
Baris yang diberi tanda “;add/change like this line” berarti harus diubah seperti begini

[BootBusExtenders.Load]
pci = pci.sys
acpi = acpi.sys
isapnp = isapnp.sys
acpiec = acpiec.sys
ohci1394 = ohci1394.sys
usbehci = usbehci.sys ;insert this line
usbohci = usbohci.sys ;insert this line
usbuhci = usbuhci.sys ;insert this line
usbhub = usbhub.sys ;insert this line
usbstor = usbstor.sys ;insert this line

[InputDevicesSupport.Load]
usbehci = usbehci.sys ;delete this line

usbohci = usbohci.sys ;delete this line
usbuhci = usbuhci.sys ;delete this line
usbhub = usbhub.sys ;delete this line
usbccgp = usbccgp.sys
hidusb = hidusb.sys
serial = serial.sys
serenum = serenum.sys
usbstor = usbstor.sys ;delete this line

[BootBusExtenders]
pci = “PCI-Bustreiber”,files.pci,pci
acpi = “ACPI Plug & Play-Bustreiber”,files.acpi,acpi
isapnp = “ISA Plug & Play-Bustreiber”,files.isapnp,isapnp
acpiec = “Integrierter ACPI-Controllertreiber”,files.none,acpiec
ohci1394 = “IEEE-1394-Bus-OHCI-konformer Anschlusstreiber”,files.ohci1394,ohci1394
usbehci = “Erweiterter Hostcontroller”,files.usbehci,usbehci ;insert this line
usbohci = “Open Hostcontroller”,files.usbohci,usbohci ;insert this line
usbuhci = “Universeller Hostcontroller”,files.usbuhci,usbuhci ;insert this line
usbhub = “Standard-USB-Hubtreiber”,files.usbhub,usbhub ;insert this line
usbstor = “USB-Speicherklassentreiber”,files.usbstor,usbstor ;insert this line

[InputDevicesSupport]
usbehci = “Erweiterter Hostcontroller”,files.usbehci,usbehci ;delete this line
usbohci = “Open Hostcontroller”,files.usbohci,usbohci ;delete this line
usbuhci = “Universeller Hostcontroller”,files.usbuhci,usbuhci ;delete this line
usbhub = “Standard-USB-Hubtreiber”,files.usbhub,usbhub ;delete this line
hidusb = “HID-Parser”,files.hidusb,hidusb
serial = “Treiber f?r seriellen Anschluss”,files.none,serial
serenum = “Enumerator f?r seriellen Anschluss”,files.none,serenum
usbstor = “USB-Speicherklassentreiber”,files.usbstor,usbstor ;delete this line
usbccgp = “USB Generic Parent Driver”,files.usbccgp,usbccgp

Beberapa key Registry harus ditambahkan dan (lagi-lagi Microsoft memberi kesempatan membajak
dengan memperbolehkan siapapun) untuk memodifikasi perintahnya di file TXTSETUP.SIF

[HiveInfs.Fresh]
AddReg = hivedef.inf,AddReg
AddReg = hivesys.inf,AddReg
AddReg = hivesft.inf,AddReg
AddReg = hivecls.inf,AddReg
AddReg = hiveusd.inf,AddReg
AddReg = dmreg.inf,DM.AddReg
AddReg = usbboot.inf,usbservices ;insert this line

[SourceDisksFiles]
usbboot.inf = 1,,,,,,_x,3,,3 ;insert this line
bootvid.dll = 1,,,,,,3_,2,0,0,,1,2
kdcom.dll = 1,,,,,,3_,2,0,0,,1,2

Save dan Close file “TXTSETUP.SIF”

6-B)— DOSNET.INF

Buka file DOSNET.INF kemudian lakukan editing seperti berikut:

[Files]
d1,usbboot.inf ;insert this line
d1,_default.pif
d1,12520437.cpx
d1,12520850.cpx

… dan seterusnya, biarkan saja

Save dan Close file “DOSNET.INF”

6-C)— usb.inf

Lakukan perubahan di section [StandardHub.AddService] dan [CommonClassParent.AddService]

[StandardHub.AddService]
DisplayName = %StandardHub.SvcDesc%
ServiceType = 1 ; SERVICE_KERNEL_DRIVER
StartType = 0 ; SERVICE_DEMAND_START ;StartType diganti menjadi StartType = 0
ErrorControl = 1 ; SERVICE_ERROR_NORMAL
ServiceBinary = %12%\usbhub.sys
LoadOrderGroup = Boot Bus Extender ;add/change like this line

[CommonClassParent.AddService]
DisplayName = %GenericParent.SvcDesc%
ServiceType = 1 ; SERVICE_KERNEL_DRIVER
StartType = 0 ; SERVICE_DEMAND_START ;StartType diganti menjadi StartType = 0
ErrorControl = 1 ; SERVICE_ERROR_NORMAL
ServiceBinary = %12%\usbccgp.sys
LoadOrderGroup = Boot Bus Extender ;add/change like this line

Save dan Close file “usb.inf”

6-E)— usbstor.inf

Lakukan perubahan di section [USBSTOR.AddService]

[USBSTOR.AddService]
DisplayName = %USBSTOR.SvcDesc%
ServiceType = 1
StartType = 0 ;add/change like this line
Tag = 3 ;add/change like this line
ErrorControl = 1
ServiceBinary = %12%\USBSTOR.SYS
LoadOrderGroup = Boot Bus Extender ;add/change like this line

Save dan Close file “usbstor.inf”

6-F)— Membuat file USBBOOT.INF

Buatlah file bernama “USBBOOT.INF” di %desktop%

[usbservices]

HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\USBSTOR”,” DisplayName”,0×00000000,”USB Mass Storage Driver”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\USBSTOR”,” ErrorControl”,0×00010001,1
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\USBSTOR”,” Group”,0×00000000,”System Reserved”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\USBSTOR”,” ImagePath”,0×00020000,”system32\DRIVERS\USBSTOR.SY S”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\USBSTOR”,” Start”,0×00010001,0
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\USBSTOR”,” Type”,0×00010001,1

HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbehci”,” DisplayName”,0×00000000,”USB 2.0 Enhanced Host Controller Miniport Driver”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbehci”,” ErrorControl”,0×00010001,1
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbehci”,” Group”,0×00000000,”System Reserved”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbehci”,” ImagePath”,0×00020000,”system32\DRIVERS\usbehci.sy s”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbehci”,” Start”,0×00010001,0
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbehci”,” Type”,0×00010001,1

HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbhub”,”D isplayName”,0×00000000,”USB2 Enabled Hub”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbhub”,”E rrorControl”,0×00010001,1
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbhub”,”G roup”,0×00000000,”System Reserved”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbhub”,”I magePath”,0×00020000,”system32\DRIVERS\usbhub.sys”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbhub”,”S tart”,0×00010001,0
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbhub”,”T ype”,0×00010001,1

HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbuhci”,” DisplayName”,0×00000000,”Microsoft USB Universal Host Controller Miniport Driver”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbuhci”,” ErrorControl”,0×00010001,1
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbuhci”,” Group”,0×00000000,”System Reserved”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbuhci”,” ImagePath”,0×00020000,”system32\DRIVERS\usbuhci.sy s”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbuhci”,” Start”,0×00010001,0
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbuhci”,” Type”,0×00010001,1

HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbohci”,” DisplayName”,0×00000000,”Microsoft USB Open Host Controller Miniport Driver”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbohci”,” ErrorControl”,0×00010001,1
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbohci”,” Group”,0×00000000,”System Reserved”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbohci”,” ImagePath”,0×00020000,”system32\DRIVERS\usbohci.sy s”
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbohci”,” Start”,0×00010001,0
HKLM,”SYSTEM\CurrentControlSet\Services\usbohci”,” Type”,0×00010001,1

Save dan Close file “USBBOOT.INF”

—————————————————–
Step 7: Packing File yang Sudah Diedit ke Format IN_
—————————————————–
Buka lagi Command Prompt
C:\Documents and Settings\%username%\Desktop\>_

Ketikkan:

cabarc n USB.IN_ usb.inf
cabarc n USBPORT.IN_ usbport.inf
cabarc n USBSTOR.IN_ usbstor.inf

File-file IN_ sudah dipaket berdasarkan file-file INF yang telah Anda edit tadi.

——————————————————————
Step 8: Injeksikan File-file IN_ dari Desktop ke “WinUSBDrive.ISO”
——————————————————————

Buka UltraISO dan pastikan (masih) membuka file “WinUSBDrive.ISO”

Buka folder \i386 pada “WinUSBDrive.ISO”

Hapus file-file berikut:

DOSNET.INF
TXTSETUP.SIF
USB.IN_
USBPORT.IN_
USBSTOR.IN_

Save file “WinUSBDrive.ISO”

Drag-drop file-file yang telah Anda edit di %desktop% tadi ke “WinUSBDrive.ISO” pada folder \i386

USBBOOT.INF
DOSNET.INF
TXTSETUP.SIF
USB.IN_
USBPORT.IN_
USBSTOR.IN_

Save file “WinUSBDrive.ISO”

—————————————
Step 9: Burning “WinUSBDrive.ISO” ke CD
—————————————
Burning saja dengan Nero atau burnatonce dengan kecepatan rendah.

—————————————-
Step 10: Install Windows XP SP 2 dari CD
—————————————-
1. Shut down komputer.
2. Disconnect hardisk internal maupun eksternal
3. Atur BIOS untuk menjadi USB Drive sebagai “first boot device”
4. Masukkan USB drive tanpa HUB (tanpa kabel, langsung dari flashdisk ke CPU)
5. Restart
Windows biasanya akan menampilkan pesan error:
1. “Driver not certified” <– pilih YES.
Ini terjadi karena file-file di dalam CD instalasi sudah ada yang diubah
2. “PageFile not found”
6. Install.

—————————-
Step 11: Try This Everywhere
—————————-
Setelah berhasil, shutdown komputer. Pasang lagi USB drive. Cobalah di rumah. ;op

Postscript:
———–
Sekarang Anda dapat menggunakan Flashdisk tersebut sebagai operating system Windows XP SP 2.
Meskipun tidak semua motherboard mendukung “booting from USB Drive”, setidaknya flashdisk itu bisa
dijalankan di Pentium 4.
Tentunya Anda mengerti mengapa flashdisk yang bisa menjalankan Windows XP SP 2 sangat membantu.
Anda dapat menyelesaikan “system errors” yang biasa terjadi, seperti:
1. Password login tidak bisa dibuka
2. Virus bersarang di %SystemDrive% dan harus dibersihkan
3. Ingin mengcopy file di hardisk tetapi system error
4. Atau justru melakukan kebalikan nomor 1, 2, dan 3, yaitu: sengaja menghapus file agar Windows di hardisk
tidak bisa booting, ingin menginjeksikan virus, atau mengambil file tanpa sepengetahuan pemilik. ;p
5. Berinternet tanpa takut terkena virus atau trojan. Karena, jika terkena, tinggal format hardisk lalu
“isi ulang” flashdisk dengan menuliskan “WinUSBDrive.ISO” ke flashdisk (sekitar 10 menit).

sumber: kaskus.us

Minggu, 14 Februari 2010

Apakah Injil Firman Tuhan

BERBAGAI VERSI INJIL Sekarang akan lebih mudah bagi kita menganalisa pernyataan seorang Kristen tentang kitab sucinya. Memisahkan Gandum dari Bedak Sebelum kita memeriksa dengan teliti berbagai versi, mari kita perjelas keyakinan kita berkaitan dengan kitab Tuhan. Apa maksud sebenarnya ketika kita menyatakan ber-iman kepada Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an? Kita semua mengetahui bahwa Al-Qur'an adalah Firman Tuhan yang sempurna, diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW kata demi kata, melalui perantara Malaikat Jibril, dan benar-benar dijaga serta dilindungi dari kerusakan yang dibuat manusia selama lebih dari 1400 tahun! Bahkan pengkritik Islam dengan segan telah menjamin kemurnian kitab suci Al-Qur'an tersebut: "Di dunia ini mungkin tidak ada kitab lain yang teksnya tetap murni selama dua belas abad (sekarang empat belas)." - (Sir William Muir).


Taurat yang diyakini umat Islam bukanlah "Taurat" orang-orang Yahudi dan Kristen, meski tulisannya -yang satu bahasa Arab, dan yang lainnya bahasa Ibrani- sama. Kita percaya bahwa apapun yang diajarkan Musa as kepada pengikutnya, adalah wahyu Tuhan, tetapi Musa bukanlah pembuat kitab-kitab tersebut seperti yang diatributkan kepadanya oleh orang-orang Yahudi dan Kristen. Kita juga percaya bahwa Zabur adalah wahyu Tuhan yang diberikan kepada Nabi Daud Alaihis-salam, tetapi Mazmur yang saat ini diasosiasikan dengan namanya bukanlah wahyu tersebut. Umat Kristen sendiri tidak berkeras mengatakan bahwa Daud adalah satu-satunya pembuat Mazmur. Bagaimana dengan Injil? Injil berarti "Gospel (ajaran)" atau "berita baik" yang diajarkan Yesus Kristus selama masa tugasnya yang singkat. Penulis "Gospel" sering menyebut-kan Yesus melakukan dan mengajarkan ajaran tersebut (Injil):

1. "Demikianlah Yesus berkeliling ... memberitakan Injil... serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan." (Injil - Matius 9: 35).

2. "... barangsiapa kehilangan nyawanya karena aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." (Injil - Markus 8: 35).

3. "... memberitakan Injil...." (Injil - Lukas 20: 1 ).


Injil adalah kata yang sering digunakan, tetapi Injil yang bagaimanakah yang diajarkan Yesus? Dari 27 kitab Per-janjian Baru, hanya sedikit yang dapat diterima sebagai per-kataan Yesus. Umat Kristen bangga dengan Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes, tetapi tak ada sebuah pun Injil Yesus! Dengan tulus kita meyakini bahwa segala sesuatu yang diajarkan Yesus berasal dari Tuhan. Itulah Injil, berita baik dan petunjuk dari Tuhan untuk bani Israil. Dalam seluruh hidupnya Yesus tidak pernah menulis sebuah kata pun, dan juga tidak memerintahkan seorang pun untuk melakukan hal tersebut. Injil yang dipergunakan saat ini adalah hasil pekerjaan tangan dari orang yang tidak diketahui namanya. Pertanyaan kita sebelumnya: "Apakah Anda menerima bahwa Injil adalah Firman Tuhan?"


Pertanyaan tersebut benar-benar menantang. Penanya tidaklah hanya sedang mencari keterangan. Pertanyaan tersebut diajukan dengan semangat debat. Kita mempunyai hak untuk meminta de-ngan nada yang sama - dengan mengajukan pertanyaan "Injil yang mana yang sedang Anda bicarakan?". Ia akan balik ber-tanya dengan tidak suka "Mengapa, hanya ada satu Injil?" Injil Katholik Dengan memegang "Douay" (Injil versi Katholik Roma) di tangan, saya bertanya, "Apakah Anda menerima Injil ini sebagai Firman Tuhan?". Pertanyaan terbaik bagi mereka karena perkumpulan Katholik telah menerbitkan Injil versi mereka dalam bentuk yang singkat dan membingungkan. Versi ini mempunyai bagian ekstra dari sejumlah versi yang beredar di pasaran saat ini. Penanya Kristen tersebut kembali bertanya, "Injil apakah itu?". "Kenapa, saya pikir Anda tadi mengatakan bahwa hanya ada satu Injil!" saya mengingat-kannya. "Ya," ia dengan ragu-ragu menggumam, "tapi versi yang mana?" "Kenapa, apakah ada perbedaan?" saya kemba-li bertanya. Tentu saja, dan pendakwah profesional tentunya mengetahui hal tersebut. Ia hanya berpura-pura dengan pernyataannya tentang "satu Injil".


Injil Katholik Roma diterbitkan di Rheims pada tahun 1582, dari terjemahan Injil berbahasa latin Jerome dan dire-produksi di Douay pada tahun 1609. Nampaknya versi Ka-tholik Roma (RCV = Roman Catholic Version) tersebut adalah versi tertua yang masih dapat dibeli sampai saat ini. Berlawanan dengan keantikannya, seluruh dunia Kristen Protestan, termasuk cults, menyalahkan RCV karena berisi tujuh kitab tambahan yang dengan merendahkan dianggap "kebenarannya diragukan", yaitu kepenulisan yang sepenuh-nya meragukan. Sekalipun peringatan yang menakutkan terdapat di dalam Apocalypse, yaitu kitab terakhir dalam RCV (dinamakan "Wahyu" oleh Protestan), kitab ini "diwahyu-kan" : "... jika seseorangmenambahkan (atau mengurangi) sesuatu kepada perkataan perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini." (Injil - Wahyu 22: 18-19).


Tetapi siapakah yang perduli! Mereka tidak sungguh-sungguh percaya! Umat Protestan dengan berani telah menghapus keseluruhan tujuh kitab dari kitab Tuhan! Yang dibuang adalah: Kitab Yudit Kitab Tobit Kitab Barukh Kitab Ester, dll Injil Protestan Ada beberapa hal yang dibicarakan Sir Winston Chur-chill berkaitan dengan versi Injil Protestan yang diautorisasi (AV=Authorised Version), yang juga terkenal sebagai Versi King James (King James Version=KJV). "Versi Injil yang telah diautorisasi diterbitkan pada tahun 1611 dengan kehendak dan perintah yang mulia Raja James (King James) yang namanya masih digunakan sampai sekarang." Para pengikut Katholik Roma, yang meyakini umat Protestan juga memiliki kitab Tuhan yang sama dengan mereka, membantu dan bersekongkol dengan "penjahat" Protestan dengan memaksa para pemeluk baru membeli Injil yang sudah diautorisasi (AV), yang merupakan satu-satunya Injil yang tersedia dalam 1500 bahasa dari sedikit negara-negara maju di dunia.

Mayoritas umat Kristen -Katholik dan Protestan- menggunakan AV atau sering disebut de-ngan KJV Penghormatan Yang Tinggi Sebagaimana yang dikatakan Sir Winston, Injil ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1611 dan kemudian direvisi pada tahun 1881 (RV). Setelah direvisi kembali pada tahun 1952 menjadi versi standar yang telah direvisi (RSV=Revised Standard Version), Injil tersebut direvisi lagi pada tahun 1971 (singkatannya masih tetap RSV). Lihatlah opini dunia Kris-ten tentang Injil yang telah direvisi tersebut (RSV):


1. "Versi terbaik yang telah diterbitkan dalam abad seka-rang." (Surat kabar Church of England)

2. "Terjemahan yang secara keseluruhan terbaru karya para sarjana termahsyur." - (Tambahan Literatur Times)

3. "Karakteristik terbaik dari versi yang telah diautorisasi yang dikombinasikan dengan keakuratan terjemahan yang baru." - (Life and Work)

4. "Terjemahan yang paling akurat dan dekat dengan asli-nya." - ( The Times)


Penerbitnya sendiri (Collins), dalam catatan pada Injil di akhir produksinya, berkata dalam halaman I0, "Injil ini (RSV), adalah produk tiga-puluh-dua sarjana, dibantu oleh komite penasehat yang mewakili limapuluh golongan yang bekerjasama." Mengapa semua ini dibanggakan? Apakah agar membuat masyarakat yang mudah tertipu membeli pro-duk mereka? Semua kesaksian ini meyakinkan pembeli bah-wa ia sedang menunggang kuda yang benar, ketika pembeli sedikit berharap untuk menungganginya. "Paling Laku di Dunia" Tetapi bagaimana dengan versi Injil yang telah diautorisasi (AV), "Paling Laku di Dunia?" Para perevisi ini, semua sales yang baik, mengatakan beberapa hal yang bagus tentang hal itu. Pada halaman iii Injil RSV pada paragrap enam ba-gian pendahuluan dinyatakan: "Versi King James (nama lain AV) diterminologikan dengan alasan yang bagus sebagai 'Monumen Prosa Inggris Yang Paling Mulia.' Perevisinya pada tahun 1881 mengeks-presikan kekaguman terhadap 'kesederhanaannya, marta-batnya, kekuatannya, ekspresi kebahagiaannya .... Irama musiknya, dan kebanggaan atas iramanya.' Tidak seperti kitab lainnya, kitab ini masuk sampai pembuatan karakter individu dan institusi umum dari masyarakat berbahasa Inggris. Kita berhutang dengan hutang yang tak terbayarkan kepadanya." Dapatkah Anda, pembaca yang terhormat, membayangkan atribut yang lebih baik yang diberikan kepada "kitab suci" lebih dari yang di atas? Saya, sebagai manusia, tidak dapat. Biarkan pengikut Kristen saat ini meneguhkan diri mereka sendiri terhadap hembusan tidak enak dari para ahli hukum di kalangan agama mereka sendiri; dalam nafas yang sama mereka mengatakan: "Versi King James telah mengalami kerusakan yang penting." Dan, "Kerusakan ini begitu banyak dan serius sehingga memerlukan revisi ...." Hal ini langsung dari sumbernya, yaitu sarjana Kristen ortodoks ternama. Para Doktor teologi sekarang juga perlu memproduksi sebuah ensiklopedi yang menerangkan penyebab kerusakan yang penting dan serius dalam kitab suci mereka dan alasan menghilangkannya.

Kamis, 28 Januari 2010

Akal dan Konsep Ketuhanan

Meskipun meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam. Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli ma’rifat berkata, ”Jalan-jalan menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.” Salah satu jalan ma’rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktif akal sehubungan dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah adalah nash (Al-Qur’an dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah ayat dan riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal (ra’yu). Padahal kalau kita perhatikan, ternyata Al-Qur’an dan Hadis sendiri mengajak kita untuk menggunakan akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah lewat argumentasi (burhan) aqli. Pada tulisan berikutnya, insya Allah akan kita bicarakan tentang Al-Qur’an, Hadis dan konsep ketuhanan. Bisakah Tuhan dibuktikan dengan akal ? Sebenarnya pertanyaan ini tidaklah tepat, karena bukan saja Allah bisa dibuktikan dengan akal. Bahkan, pada beberapa kondisi dan situasi hal itu harus dibuktikan dengan akal dan tidak mungkin melakukan pembuktian tanpa akal. Anggapan yang mengatakan, bahwa pembuktian wujud Allah hanya dengan nash saja adalah anggapan sangat naif. Karena bagaimana mungkin seseorang menerima keterangan Al-Qur’an, sementara dia belum mempercayai wujud (keberadaan) sumber Al-Qur’an itu sendiri Al-Qur’an, yaitu Allah Ta’ala. Lebih naif lagi, mereka menerima keterangan Al-Qur’an lantaran ia adalah kalamullah atau sesuatu yang datang dari Allah. Hal ini berarti, mereka telah meyakini wujud Allah sebelum menerima keterangan Al-Qur’an. Lalu mengapa mereka meyakini wujud Allah ? Mereka menjawab, “Karena Al-Qur’an mengatakan demikian.” Maka terjadilah daur (Lingkaran setan ?, lihat istilah daur pada pembahasan selanjutnya). Dalam hal ini, Al-Qur’an dijadikan sebagai pendukung dan penguat dalil aqli. Para ulama, ketika membuktikan wujud Allah dengan menggunakan burhan aqli, terkadang melalui pendekatan kalami (teologis) atau pendekatan filosofi. Pada kesempatan ini, insya Allah kami mencoba menjelaskan keduanya secara sederhana dan ringkas. Burhan-burhan Aqli-kalami tentang keniscayaan wujud Allah Ta’ala 1. Burhan Nidham (keteraturan) Burhan ini dibangun atas beberapa muqadimah (premis). Pertama, bahwa alam raya ini penuh dengan berbagai jenis benda, baik yang hidup maupun yang mati. Kedua, bahwa alam bendawi (tabiat) tunduk kepada satu peraturan. Artinya, setiap benda yang ada di alam ini tidak terlepas dari pengaruh undang-undang dan hukum alam. Ketiga, hukum yang menguasai alam ini adalah hukum kausalitas (illiyyah), artinya setiap fenomena yang terjadi di alam ini pasti dikarenakan sebuah sebab (illat) dan tidak mungkin satu fenomena terjadi tanpa sebab. Dengan demikian, seluruh alam raya ini dan segala yang ada di dalamnya, termasuk hukum alam dan sebab akibat, adalah fenomena dari sebuah puncak sebab (prima kausa atau illatul ilal). Keempat, “sebab” atau illat yang mengadakan seluruh alam raya ini tidak keluar dari dua kemungkinan, yaitu “sebab” yang berupa benda mati atau sesuatu yang hidup. Kemungkinan pertama tidak mungkin, karena beberapa alasan berikut : Pertama, alam raya ini sangat besar, indah dan penuh keunikan. Hal ini menunjukkan bahwa “sebab” yang mengadakannya adalah sesuatu yang hebat, pandai dan mampu. Kehebatan, kepandaian dan kemampuan, merupakan ciri dan sifat dari sesuatu yang hidup. Benda mati tidak mungkin disifati hebat, pandai dan mampu. Kedua, benda-benda yang ada di alam ini beragam dan bermacam-macam, diantaranya adalah manusia. Manusia merupakan salah satu bagian dari alam yang paling menonjol. Dia pandai, mampu dan hidup. Mungkinkah menusia yang pandai, mampu dan hidup terwujud dari sesuatu yang mati ?. Kesimpulannya, bahwa alam raya ini mempunyai ‘’sebab’’ atau ‘illat, dan ‘’sebab’’ tersebut adalah sesuatu yang hidup. Kaum muslimin menamai ‘’sebab’’ segala sesuatu itu dengan sebutan Allah Ta’ala. 2. Burhan al-Huduts (kebaruan) al-Huduts atau al-Hadits berarti baru, atau sesuatu yang pernah tidak ada kemudian ada. Burhan ini terdiri atas beberapa hal : Pertama, bahwa alam raya ini hadits, artinya mengalami perubahan dari tidak ada menjadi ada dan akhirnya tidak ada lagi. Kedua, segala sesuatu yang asalnya tidak ada kemudian ada, tidak mungkin ada dengan sendirinya. Pasti dia menjadi ada karena ‘’sebab’’ sesuatu. Ketiga, yang menjadikan alam raya ini ada haruslah sesuatu yang qadim, yakni keberadaannya tidak pernah mengalami ketiadaan. Keberadaannya kekal dan abadi. Karena, jika sesuatu yang mengadakan alam raya ini hadits juga, maka Dia-pun ada karena ada yang mengadakannya, demikian seterusnya (tasalsul). Tasalsul yang tidak berujung seperti ini mustahil. Dengan demikian, pasti ada ‘sesuatu’ yang keberadaannya tidak pernah mengalami ketiadaan. Kaum muslimin menamakan ‘sesuatu’ itu dengan sebutan Allah Ta’ala. Burhan-burhan Aqli-filosofi tentang keniscayaan wujud Allah Ta’ala. A. Burhan Imkan a. Sebelum menguraikan burhan ini, ada beberapa istilah yang perlu diperjelas terlebih dahulu Wajib, yaitu sesuatu yang wujudnya pasti, dengan sendirinya dan tidak membutuhkan kepada yang lain. b. Imkan atau mumkin, sesuatu yang wujud (ada) dan ‘adam (tiada) baginya sama saja (tasawiy an-nisbah ila al-wujud wa al-‘adam). Artinya, sesuatu yang ketika ‘ada’ disebabkan faktor eksternal, atau keberadaannya tidak dengan sendirinya. Demikian pula, ketika ‘tidak ada’ disebabkan oleh faktor eksternal pula, atau ketiadaannya juga tidak dengan sendirinya. Dia tidak membias kepada wujud dan kepada ketiadaan. Menurut para filosof, hal ini merupakan ciri khas dari mahiyah (esensi). c. Mumtani atau mustahil, yaitu sesuatu yang tidak mungkin ada dan tidak mungkin terjadi, seperti sesuatu itu ada dan tiada pada saat dan tempat yang bersamaan (ijtima’un-naqidhain). d. Daur (siklus atau lingkaran setan) Misal, A keberadaannya tergantung/membutuhkan B, sedangkan B keberadaannya tergantung/membutuhkan A. Jadi, A tidak mungkin ada tanpa keberadaan B terlebih dahulu, demikian pula B tidak mungkin ada tanpa keberadaan A terlebih dahulu. Dengan demikian, A tidak akan ada tanpa B dan pada saat yang sama A harus ada karena dibutuhkan B. Ini berarti ijtima’un naqidhain (lihat Mumtani’). Contoh lainnya, A keberadaannya tergantung/membutuhkan B, dan B keberadaannya tergantung/membutuhkan C, sedangkan C keberadaannya tergantung/ membutuhkan A. Jadi, A tidak mungkin ada tanpa keberadaan B terlebih dahulu, demikian juga B tidak mungkin ada tanpa keberadaan C terlebih dahulu, demikian juga C tidak mungkin ada tanpa keberadaan A terlebih dahulu. Daur adalah suatu yang mustahil adanya. e. Tasalsul, yaitu susunan sejumlah ‘illat dan ma’lul, dengan pengertian bahwa yang terdahulu menjadi ‘illat bagi yang kemudian, dan seterusnya tanpa berujung. Tasalsul sama dengan daur, mustahil adanya. Burhan Imkan dapat dijelaskan dengan beberapa poin sebagai berikut ini: Pertama, bahwa seluruh yang ada tidak lepas dari dua posisi wujud, yaitu wajib atau mumkin. Kedua, wujud yang wajib ada dengan sendirinya dan wujud yang mumkin pasti membutuhkan atau berakhir kepada wujud yang wajib, secara langsung atau lewat perantara. Kalau tidak membutuhkan kepada yang wajib, maka akan terjadi daur (siklus) atau tasalsul (rentetan mata rantai yang tidak berujung) dan keduanya mustahil. Ketiga, bahwa yang mumkin berakhir kepada yang wajib. Dengan demikian, yang wajib adalah ‘sebab’ dari segala wujud yang mumkin (prima kausa atau ‘illatul ‘ilal). Kaum muslimin menamakan wujud yang wajib dengan sebutan Allah Ta’ala. B. Burhan Ash-Shiddiqin Burhan ini menurut para filosuf muslim, merupakan terjemahan dari ungkapan Ahlul Bayt as. yang berbunyi, “Wahai Dzat yang menunjukkan diri-Nya dengan diri-Nya.” (Doa Shahabah Amir al-Mukminin Ali bin Abi Thalib as.) Artinya, Burhan ini ingin menjelaskan pembuktian wujud Allah melalui wujud diri-Nya sendiri. Para ahlui mantiq (logika) menyebutnya dengan burhan Limmi. Penjelasan burhan ini, hampir sama dengan penjelasan burhan Imkan. Ada beberapa penafsiran tentang burhan shiddiqin ini. Diantaranya penafsiran Mulla Shadra. Beliau mengatakan, “Dengan demikian, yang wujud terkadang tidak membutuhkan kepada yang lain (mustaghni) dan terkadang pula, secara substansial, ia membutuhkan kepada yang lain (muftaqir). Yang pertama, adalah wujud yang wajib, yaitu wujud murni. Tiada yang lebih sempurna dari-Nya dan dia tidak diliputi ketiadaan dan kekurangan. Sedangkan yang kedua, adalah selain wujud yang wajib, yaitu perbuatan-perbuatan-Nya yang tidak bisa tegak kecuali dengan-Nya (Nihayah al-Hikmah, hal. 269). Allamah al-Hilli, dalam komentarnya terhadap kitab Tajrid al-‘Itiqad karya Syekh Thusi, menjelaskan, “Di luar kita secara pasti ada yang wujud. Jika yang wujud itu wajib, maka itulah yang dimaksud (Allah Ta’ala), dan jika yang wujud itu mumkin, maka dia pasti membutuhkan faktor yang wujud (untuk keberadaannya). Jika faktor itu wajib, maka itulah yang dimaksud (Allah Ta’ala). Tetapi jika faktor itu mumkin juga, maka dia membutuhkan faktor lain dan seterusnya (tasalsul) atau daur. Dan keduanya mustahil adanya 

Tuhan yang Disaksikan Bukan, Tuhan yang Didefinisikan


oleh Jalaluddin Rakhmat
KetuaYayasan Muthahari, Bandung
ALKISAH, seorang Arab Badawi bermaksud menjual sekarung gandum ke pasar. Berulangkali ia mencoba meletakkan karung itu di atas punggung unta; dan berulangkah ia gagal. Ketika ia hampir putus asa, terkilas pada pikirannya pemecahan yang sederhana. Ia mengambil satu karung lagi dan mengisinya dengan pasir. Ia merasa lega, ketika kedua karung itu bergantung dengan seimbang pada kendaraannya. Segera ia berangkat ke pasar.
Di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang asing yang berpakaian compang-camping dan berkaki telanjang. Ia diajak oleh orang asing itu untuk berhenti sejenak, beristirahat, dan berbincang-bincang. Sebentar saja, orang Badawi itu menyadari bahwa yang mengajaknya berbincang itu orang yang banyak pengetahuan. Ia sangat terkesan karenanya. Tiba-tiba, orang asing itu menyaksikan dua buah karung bergantung pada punggung unta.
"Bapak, katakan apa yang bapak angkut itu; kelihatan sangat berat", tanya orang asing itu. "Salah satu karung itu berisi gandum yang akan saya jual ke pasar. Satu lagi karung berisi pasir untuk menyeimbangkan keduanya pada punggung unta", jawab orang Badawi. Sambil tertawa, orang pintar itu memberi nasehat, "Mengapa tidak ambil setengah dari karung yang satu dan memindahkannya ke karung yang lain. Dengan begitu, unta menanggung beban yang ringan dan ia dapat berjalan lebih cepat."
Orang Badawi takjub. Ia tidak pernah berpikir secerdik itu. Tetapi sejenak kemudian, ketakjubannya berubah menjadi kebingungan. Ia berkata, "Anda memang pintar. Tapi dengan segala kepintaran ini mengapa Anda bergelandangan seperti ini, tidak punya pekerjaan dan bahkan tidak punya sepatu. Mestinya kepandaian Anda yang dapat mengubah tembaga menjadi emas akan memberikan kekayaan kepada Anda."
Orang asing itu menarik nafas panjang, "Jangankan sepatu, hari ini pun saya tidak punya uang sepeser pun untuk makan malam saya. Setiap hari, saya berjalan dengan kaki telanjang untuk mengemis sekerat atau dua kerat roti."
"Lalu apa yang Anda peroleh dengan seluruh kepandaian dan kecerdikan Anda itu."
"Dari semua pelajaran dan pemikiran, aku hanya memperoleh sakit kepala dan khayalan hampa. Percayalah, semuanya itu hanya bencana bagiku, bukan keberuntungan."
Orang Badawi itu berdiri, melepaskan tali unta, dan bersiap-siap untuk pergi. Kepada filsuf yang kelaparan di pinggir jalan, ia memberi nasehat, "Hai, orang yang tersesat. Menjauhlah dariku, karena aku kuatir kemalanganmu akan menular kepadaku. Bawalah semua kepandaianmu itu sejauh-jauhnya dariku. Sekiranya dengan ilmumu itu kamu ambil suatu jalan, aku akan mengambil jalan yang lain. Sekarung gandum dan sekarung pasir boleh jadi berat; tetapi itu lebih baik daripada kecerdikan yang sia-sia. Anda boleh jadi pandai, tetapi kepandaian Anda itu hanya kutukan; saya boleh jadi bodoh, tapi kebodohan saya mendatangkan berkat, karena walaupun saya tidak cerdik, tetapi hati saya dipenuhi rahmat-Nya dan jiwa saya berbakti kepada-Nya."
Kisah Jalal al-Din Rumi, yang saya ceritakan kembali dengan bahasa saya itu, merupakan kritik halus kepada para filsuf yang berusaha mengetahui Tuhan dengan akalnya. Moral cerita ini ditutup dengan kuplet-kuplet berikut:
Jika kau ingin derita
benar-benar hilang dari hidupmu
Berjuanglah untuk melepaskan
'kebijakan' dari kepalamu
Kebijakan yang lahir dari tabiat insani
tak menarik kamu lebih dari khayalan
Karena kebijakan itu tidak diberkati
yang mengalir dari cahaya kemuliaan-Nya
Pengetahuan tentang dunia
hanya memberikan dugaan dan keraguan
Pengetahuan tentang Dia, kebijakan ruhani sejati
membuatmu naik keatas duniawi
Para ilmuwan masa kini telah menghempaskan
semua pengorbanan diri dan kerendahan hati
Mereka sembunyikan hati
dalam kecerdikan dan permainan bahasa
Raja sejati adalah dia
yang menguasai pikirannya
Bukan dia yang pikirannya
Menguasai dunia dan dirinya
Rumi menunjukkan bahwa dengan intelek kita tidak akan memperoleh pengetahuan tentang Tuhan. Intelek mempunyai kemampuan terbatas; dan karena itu, tidak akan mampu mencerap Tuhan yang tidak terbatas. Sekiranya intelek mencoba memahami Tuhan, ia akan memberikan batasan kepada-Nya. Tuhan para pemikir adalah Tuhan yang didefinisikan.
Rumi mewakili para sufi yang ingin mengetahui Tuhan melalui pengabdian, bukan pemikiran; melalui cinta, bukan kata; melalui taqwa bukan hawa. Mereka tidak ingin mendefinisikan Tuhan; mereka ingin menyaksikan Tuhan. Dengan menggunakan intelek, kita hanya akan mencapai pengetahuan yang dipenuhi keraguan dan kontroversi. Melalui mujahadah dan 'amal, kita dapat menyaksikan Tuhan dengan penuh keyakinan.
Dalam Matsnawi, Daftar-e Sevon, Bait 1267, Rumi menyingkatkan pengetahuan hasil pemikiran: Az nazar keh guftesyan syud mukhtalef, an yeki dalesy laqb dad in alef. Karena pemikiran ucapan mereka bertentangan, kata yang satu dal kata yang satu alif. Seperti Kucing Schroedinger dalam fisika, pengamat menciptakan realitas. Tuhan menjadi hasil konstruksi manusia. Tuhan dapat muncul dalam berbagai "bentuk" sesuai dengan siapa yang memahami-Nya.
Seperti Rumi, Ibn 'Arabi menunjukkan kekeliruan pengetahuan tentang Tuhan yang dilakukan oleh para filsuf dan ahli ilmu kalam. Pemikiran tidak mungkin mencapai pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan; malahan pemikiran seperti itu hanya menghasilkan tipuan, khayalan, dan pertentangan. Ia menulis:
Pengetahuan ahli ilmu kalam dan filsuf berkenaan dengan esensi Tuhan bukanlah cahaya. Tidak ada satu madzhab pun yang tidak punya para pendukungnya. Mereka sendiri tidak sepakat, tetapi mereka tetap juga digambarkan sebagai kaum Mu'tazilah atau Asy'ariyah, seperti itu juga pada filsuf dalam ajaran mereka tentang Tuhan dan apa yang harus dipercayainya. Mereka belum sepakat di antara mereka tetapi setiap kelompok mempunyai status dan nama ... Kita melihat nabi dan rasul yang terdahulu dan yang kemudian sejak Adam sampai Muhammad, termasuk yang datang di antara mereka 'alayhim al-salam; mereka tidak pernah berikhtilaf dalam akar keimanan mereka pada Tuhan ... Jadi, berpegang-teguhlah kepada keimanan dan lakukanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu dan ingat Tuhanmu pada waktu pagi dan sore (Q., s. alA'raf/7:205) dengan zikir yang ditetapkan syari'at kepadamu baik dengan mengulangi la ilaha illaAllah (tahlil) atau tasbih dan takutlah kepada Tuhan. Jika al-Haqq berkehendak untuk memberikan kepadamu apa yang Dia mginkan berupa pengetahuan tentang Dia, hadirkan akalmu dan hatimu (lubb) apa yang Dia berikan dan anugerahkan kepadamu berupa pengetahuan tentang Dia. Sesungguhnya inilah pengetahuan yang bermanfaat dan cahaya yang dengan itu hatimu hidup, dan berjalan bersamamu di dunia ini. Dengannya kamu selamat dari kegelapan syubhat dan keraguan yang terjadi pada pengetahuan yang dihasilkan oleh pemikiran (afkar) ... Saya sudah membimbingmu, saudara, bagaimana mencapai jalan pengetahuan yang bermanfaat. Jadi, bila kamu sudah merintis jalan yang lurus, ketahuilah bahwa Tuhan sudah membimbing tanganmu, memeliharamu, dan telah mempersiapkan kamu untuk diri-Nya.
Pada tempat lain, Ibn 'Arabi menulis:
Di antara berbagai kelompok, tidak ada seorang pun yang lebih tinggi dari orang yang memperoleh pengetahuan melalui taqwa. Taqwa terletak pada tingkat pencapaian pengetahuan yang paling tinggi. Ia saja yang memiliki keputusan yang pasti. Otoritasnya berada di atas setiap keputusan yang ada dan di atas setiap orang yang membuat keputusan. Ia adalah qadli yang terbaik. Pengetahuan ini tidak dapat diperoleh pada tingkat permulaan. Karena itu, hanya orang yang berilmu di antara orang yang beriman yang dipilih untuk memperolehnya: yakni, mereka yang tahu bahwa ada Seseorang untuk kembali, dan menyaksikan-Nya dapat diraih. Jika mereka jahil dari pengetahuan ini, aspirasinya (himmah) akan sangat lemah sehingga sekiranya al-Haqq menampakkan diri-Nya (tajalli) kepada mereka, mereka akan menafikan-Nya dan menolak-Nya, karena pandangan mereka dibatasi (muqayyad) oleh sesuatu. Selama faktor pembatas itu tidak ada pada waktu penampakan diri-Nya (tajalli), mereka pasti akan menolak bahwa itu Tuhan, sekalipun Tuhan berbicara kepada mereka secara langsung atau mereka mendengar ucapan bahwa Dia itu Tuhan. Karena tidak memperoleh ilham dan karena pemikiran rasional mereka meyakinkan mereka bahwa tidak mungkin siapa pun dapat melihat al-Haqq --seperti para filsuf dan kaum Mu'tazilah-- bahkan sekiranya kita mengetahui-Nya, mereka niscaya menolak-Nya dalam penampakan-Nya kepada mereka. Diperlukan bagi orang beriman agar cahaya imannya membawanya kepada apa yang telah membawa Musa a.s. ketika ia bertanya: Ya Tuhanku, tampakkan diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat-Mu (Q., s. al-A'raf/7:143).
Apa yang dikritik Ibn 'Arabi dan para sufi lainnya bukan intelek dalam pengertian akal, tetapi salah satu di antara fakultas (quwwah) dibawah kekuasaan akal. Kekuatan itu disebut daya pikir (quwwah mufakkirah). Tidak mungkin kita mengulas epistemologi Ibn 'Arabi di sini, baik karena keterbatasan waktu maupun karena sudah adanya tulisan orang lain yang lebih lengkap. Tetapi secara singkat bisa kita katakan, bahwa Ibn 'Arabi menyatakan bahwa pengetahuan tentang Tuhan hanya dapat diperoleh bila intelek dihadapkan kepada hati dan mengambil pelajaran dari hati.
Sekali intelek diyakinkan tentang perlunya mengambil pelajaran dari hati, manusia memulai kelahiran baru dalam perjalanan panjangnya. Ia akan beristirahat di tempat tinggalnya, berhenti di daerah-daerah pedesaan, merasakan situasi baru setiap saat, menunggu dengan penuh gairah apa yang bakal datang, tetapi ia tidak akan pernah sampai, karena pengetahuan tidak punya akhir dan tidak ada batasnya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui hati adalah pengetahuan yang sejati. Pengetahuan ini tidak didasarkan pada pendefinisian Tuhan, tetapi pada penyaksian Tuhan. Dalam istilah al-Qur'an, pengetahuan ini disebut pertemuan (liqa'). Bersama Ibn 'Arabi, al-Ghazali, al-Nasafi, dan tokoh-tokoh sufi lain sepanjang zaman kita diberi petunjuk bagaimana sampai kepada Pertemuan Agung ini.
Sebelum saya mengakhiri makalah ini dengan petunjuk Ibn'Arabi dalam Risalah al Anwar fi ma Yumnah al-Khalkwah min al-Asrar, saya tergoda untuk mengutip al-Syaykh Ahmad Rifa'i al-Husayni, tokoh sufi yang hidup pada abad keenam Hijriyah:
Kebanyakan orang mengetahui Tuhan melalui berita tentang Tawhid yang dibawa dari Nabi Muhammad s.a.w. Mereka membenarkannya dengan hati, mengamalkannya dengan tubuh, tetapi mengotori diri mereka dengan dosa dan maksiat. Maka hiduplah mereka di dunia dalam kebodohan dan kekurangan. Mereka berada dalam bahaya besar kecuali yang disayangi oleh Yang Pengasih dari segala yang mengasihi.
Lebih tinggi dari itu, ada sekelompok manusia yang mengenal Tuhan dengan pembuktian. Mereka adalah ahli pikir, nalar, dan akal. Mereka meyakini tawhid berdasarkan dalil, ayat-ayat, dan tanda-tanda ketuhanan. Mereka mengetahui yang gaib atas dasar yang konkret. Mereka meyakini kebenaran dalil. Mereka berada pada jalan yang benar, hanya saja, mereka terhalang tirai dari Allah Ta'ala dengan perhatian mereka kepada dalil-dalil mereka.
Ahli ma'rifat khusus mengetahuinya dengan keyakinan yang paling utama. Mereka tenteram dalam pengetahuan mereka. Tidak merisaukan mereka dalil. Tidak memalingkan mereka sebab. Dalil mereka Rasulullah s.a.w. Iman mereka al-Qur'an. Cahaya mereka menerangi di hadapan mereka.
Barangsiapa yang mengenal Allah Ta'ala berdasarkan berita maka ia seperti saudara-saudara Yusuf ketika mengetahui rupanya tapi tidak menyadarinya, sehingga mereka dipermalukan di hadapannya, ketika mereka berkata: jika ia mencuri maka sesunggulmya saudaranya telah mencuri pula sebelum itu (Q., s. Yusuf/12:77).
Barangsiapa yang mengenal Tuhan dengan dalil maka ia seperti Ya'qub a.s. ketika tahu bahwa Yusuf masih hidup, sehingga bertambah-tambah tangisan dan penderitaannya, sehingga ditanggungnya berbagai bala sampai putih matanya karena kesedihan, karena tahu bahwa Yusuf masih hidup dan karena rindu untuk berjumpa dengannya. Ia berkata: Pergilah selidiki keadaan Yusuf, aku sudah mencium bau Yusuf. Karena ucapannya itu, orang-orang yang tidak tahu berkata; Demi Allah sesungguhnya engkau dalam kesesatanmu yang terdahulu (Q.,s.Yusuf/12:59). Mereka berkata: Demi Allah, senantiasa kamu mengingat Yusuf sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-arang yang celaka (Q., s. Yusuf/12:85).
Perumpamaan orang yang mengenal Tuhan melalui Tuhan adalah seperti Bunyamin yang diambil Yusuf untuk dirinya. Yusuf berkata: "Saudaraku, apakah kamu ingin menyaksikanku atau kembali kepada bapakmu?" Ia berkata: "Aku ingin menyaksikanmu". Yusuf berkata: "Jika kamu menginginkan aku, bersabarlah atas ujianku". Ia berkata: "Aku siap, karena engkau akan kupikul segala bencana asalkan aku tinggal bersamamu dan tidak berpisah denganmu". Kemudian Yusuf mengeluarkan gandum dari kantong Bunyamin dan menuduh saudaranya mencuri. Seluruh penduduk kola mengecam dan mengejek Bunyamin. Saudara-saudaranya mempersalahkannya. Tetapi ia sendiri bergembira, tertawa dalam kesendiriannya. Ia tidak takut pada ejekan orang-orang yang mengejek. Inilah perumpamaan ahli yaqin dalam pengetahuan mereka tentang Tuhan.


Selasa, 26 Januari 2010

IJTIHAD KHALIFAH ABU BAKAR

Hukum-hukum dan perbuatan khalifah Abu Bakar yang bertentangan dengan nas tetapi dianggap sebagai ijtihad melebihi 32 perkara sebagaimana dicatat oleh para ulama kita Ahlul Sunnah wal-Jamaah di dalam buku-buku mereka. Di antaranya:

  1. Khalifah Abu Bakar cuba membakar rumah Fatimah al-Zahra' sekalipun Fatimah, Ali, Hasan dan Husayn AS berada di dalamnya. Ini disebabkan mereka tidak melakukan bai'ah kepadanya. Fatimah AH memarahinya hingga akhir hayatnya danberpesan kepada suaminya supaya merahsiakan pengkebumian dan makamnya daripada Abu Bakar dan Umar. Nabi SAW bersabda:" Sesungguhnya Allah marah kepada kemarahanmu (Fatimah) dan redha dengan keredhaanmu." [Al-Hakim, al-Mustadrak, III, hlm.153; al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal, VII, hlm.219] Khalifah Abu Bakar adalah di antara orang yang dimarahi Fatimah AH. Beliau bersumpah tidak akan bercakap dengan mereka sehingga beliau berjumpa bapanya dan merayu kepadanya. Al-Bukhari di dalam Sahihnya, IV, hlm.196 meriwayatkan daripada Aisyah bahawa Fatimah AH tidak bercakap dengan Abu Bakar sehingga beliau meninggal dunia. Beliau hidup selepas Nabi SAW wafat selama 6 bulan. Manakala beliau wafat, suaminya Ali AS mengkebumikannya di waktu malam dan tidak mengizinkan Abu Bakar dan Umar mengerjakan solat jenazah ke atasnya [Al-Bukhari,Sahih ,VI,hlm.196; Ibn Qutaibah, al-Imamah Wa al-Siyasah ,I,hlm.14; Abu l-Fida, Tarikh,I,hlm.159; al-Tabari,Tarikh,III,hlm.159]

  1. Khalifah Abu Bakar telah mengundurkan diri dari menyertai tentera di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, sedangkan Nabi SAW bersabda:"Perlengkapkan tentera Usamah, Allah melaknati orang yang mengundur diri dari tentera Usamah."[Al-Syarastani, al-Milal, hlm.21; Ibn Sa'd, Tabaqat,II,hlm.249 dan lain-lain lagi]

  1. Khalifah Abu Bakar telah mencaci Ali AS dan Fatimah AH sebagai musang dan ekornya. Bahkan beliau mengatakan Ali AS seperti Umm al-Tihal (seorang perempuan pelacur) kerana menimbulkan soal tanah Fadak. Kata-kata ini telah diucapkan oleh Abu Bakar di dalam Masjid Nabi SAW selepas berlakunya dialog dengan Fatimah AH mengenai tanah Fadak. bn Abi al-Hadid telah bertanya gurunya, Yahya Naqib Ja'far bin Yahya bin Abi Zaid al-Hasri, mengenai kata-kata tersebut:"Kepada siapakah ianya ditujukan?"Gurunya menjawab:"Ianya ditujukan kepada Ali AS." Kemudian ia bertanya lagi:"Adakah ia ditujukan kepada Ali? Gurunya menjawab:"Wahai anakku inilah ertinya pemerintahan dan pangkat duniawi tidak mengira kata-kata tersebut."[Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah ,IV,hlm.80] Kata-kata Abu Bakar adalah bertentangan dengan firman-Nya:"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bayt dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."[Surah al-Ahzab (33):33] Fatimah dan Ali AS adalah Ahlul Bayt Rasulullah SAW yang telah disucikan oleh Allah SWT dari segala dosa. Rasulullah SAW bersabda:"Kami Ahlul Bayt tidak boleh seorangpun dibandingkan dengan kami."[Al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi' al-Mawaddah,hlm.243]

  1. Khalifah Abu Bakar telah menghentikan pemberian khums kepada keluarga Rasulullah SAW. Ijttihadnya itu adalah bertentangan dengan Surah al-Anfal (8):41 “ Ketahuilah,apa yang kamu perolehi seperlima adalah untuk Allah,Rasul-Nya,Kerabat,anak-anak yatim,orang miskin,dan orang musafir” dan berlawanan dengan Sunnah Rasulullah SAW yang memberi khums kepada keluarganya menurut ayat tersebut. [Lihat umpamanya al-Zamakhsyari, al-Kasysyaf ,II,hlm.127]

  1. Khalifah Abu Bakar juga mengambil kembali Fadak daripada Fatimah AH selepas wafatnya Rasulullah SAW. Khalifah Abu Bakar memberi alasan "Kami para nabi tidak meninggalkan pusaka, tetapi apa yang kami tinggalkan ialah sedekah." Hujah yang diberikan oleh Abu Bakar tidak diterima oleh Fatimah dan Ali AS kerana ianya bertentangan dengan beberapa ayat al-Qur'an seperti berikut:

· Firman-Nya yang bermaksud 'Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembahagian pusaka) untuk anak-anakmu."[Surah an-Nisa (4):11] Apa yang dimaksudkan dengan 'anak-anak' ialah termasuk anak-anak Nabi SAW.

· Firman-Nya yang bermaksud:"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud."(Surah al-Naml:16). Maksudnya Nabi Sulaiman AS mewarisi kerajaan Nabi Daud AS dan menggantikan kenabiannya.

· Firman-Nya yang bermaksud:"Maka anugerahilah aku dari sisi Ketiga-tiga ayat tadi bertentangan dengan dakwaan Abu Bakar yang berpegang dengan hadith tersebut. Dan apabila hadith bertentangan dengan al-Qur'an, maka ianya (hadith) mestilah diketepikan.

· Kalau hadith tersebut benar, ia bererti Nabi SAW sendiri telah cuai untuk memberitahu keluarganya mengenai Fadak dan ianya bercanggah dengan firman-Nya yang bermaksud:"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat."(Surah al-Syua'ra:214)

· Hadith tersebut hanya diriwayatkan oleh Abu Bakar sahaja dan ianya tidak boleh menjadi hujah kerana Fatimah dan Ali AS menentangnya. Fatimah AH berkata:"Adakah kamu sekarang menyangka bahawa aku tidak boleh menerima pusaka, dan adakah kamu menuntut hukum Jahiliyyah? Tidakkah hukum Allah lebih baik bagi orang yang yakin. Adakah kamu wahai anak Abi Qahafah mewarisi bapa kamu sedangkan aku tidak mewarisi bapaku? Sesungguhnya kamu telah melakukan perkara keji." (Lihat Ahmad bin Tahir al-Baghdadi, Balaghah al-Nisa’,II,hlm.14;Umar Ridha Kahalah, A'lam al-Nisa',III,hlm.208; Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah,IV, hlm.79,92.

· Fatimah dan Ali AS adalah di antara orang yang disucikan Tuhan di dalam Surah al-Ahzab:33, dan dikenali juga dengan nama Ashab al-Kisa'. Dan termasuk orang yang dimubahalahkan bagi menentang orang Nasrani di dalam ayat al-Mubahalah atau Surah Ali Imran:61. Adakah wajar orang yang disucikan Tuhan dan dimubahalahkan itu menjadi pembohong, penuntut harta Muslimin yang bukan haknya?

· Jikalau dakwaan Abu Bakar itu betul ianya bermakna Rasulullah SAW sendiri tidak mempunyai perasaan kasihan belas sebagai seorang bapa terhadap anaknya. Kerana anak-anak para nabi yang terdahulu menerima harta pusaka dari bapa-bapa mereka. Kajian mendalam terhadap Sirah Nabi SAW dengan keluarganya menunjukkan betapa kasihnya beliau terhadap mereka khususnya, Fatimah AH sebagai ibu dan nenek kepada sebelas Imam AS. Beliau bersabda:"Sesungguhnya Allah marah kerana kemarahanmu (Fatimah AH) dan redha dengan keredhaanmu."[Al-Hakim, al-Mustadrak,III, hlm.153;Ibn al-Athir, Usd al-Ghabah,hlm.522;al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal,VI,hlm.219;Mahyu al-Din al-Syafi'i al-Tabari, Dhakhair al-Uqba,hlm.39] Khalifah Abu Bakar dan Umar adalah di antara orang yang dimarahi Fatimah AH. Beliau bersumpah tidak akan bercakap dengan mereka sehingga beliau berjumpa bapanya dan merayu kepadanya.[Ibn Qutaibah,al-Imamah wa al-Siyasah,I,hlm.14] Beliau berwasiat supaya beliau dikebumikan di waktu malam dan tidak membenarkan seorangpun daripada "mereka" menyembahyangkan jenazahnya.[Ibn al-Athir,Usd al-Ghabah,V,hlm.542;al-Bukhari, Sahih ,VI, hlm,177;Ibn Abd al-Birr, al-Isti'ab,II,hlm.75] Sebenarnya Fatimah AH menuntut tiga perkara:

o Jawatan khalifah untuk suaminya Ali AS kerana dia adalah dari ahlul Bayt yang disucikan dan perlantikannya di Ghadir Khum disaksikan oleh 120,000 orang dan ianya diriwayatkan oleh 110 sahabat.

o Fadak.

o Al-khums, saham kerabat Rasulullah SAW tetapi kesemuanya ditolak oleh khalifah Abu Bakar [Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah,V,hlm.86]

  1. Khalifah Abu Bakar telah lari di dalam peperangan Uhud dan Hunain. Sepatutnya dia mempunyai sifat keberanian melawan musuh. Tindakannya itu menyalahi ayat-ayat jihad di dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW [al-Hakim, al-Mustadrak ,III,hlm.37;al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal,VI,hlm.394;al-Dhahabi,al-Talkhis,III,hlm.37]

  1. Khalifah Abu Bakar telah membakar Fuja'ah al-Silmi hidup-hidup, kemudian dia menyesali perbuatannya.[al-Tabari,Tarikh,IV,hlm.52] Dan ianya bertentangan dengan Sunnah Nabi SAW"Tidak boleh disiksa dengan api melainkan dari Tuannya."(Al-Bukhari, Sahih ,X,hlm.83]

  1. Khalifah Abu Bakar tidak mengenakan hukum had ke atas Khalid bin al-Walid yang telah membunuh Malik bin Nuwairah dan kabilahnya. Umar dan Ali AS mahu supaya Khalid dihukum rejam.[Ibn Hajr, al-Isabah , III, hlm.336] Umar berkata kepada Khalid:"Kamu telah membunuh seorang Muslim kemudian kamu terus bersetubuh dengan isterinya. Demi Allah aku akan merejam kamu dengan batu."[Al-Tabari,Tarikh ,IV, hlm.1928] Kata-kata Umar ini cukup membuktikan bahawa Malik bin Nuwairah adalah seorang Muslim dan Khalid telah berzina dengan isteri Malik sebaik sahaja ia dibunuh. Jika tidak kenapa Umar berkata:"Demi Allah aku akan merejam kamu dengan batu." Umar memahami bahawa isteri Malik bin Nuwairah tidak boleh dijadikan hamba. Oleh itu pembunuhan ke atas Malik bin Nuwairah dan kaumnya tidak patut dilakukan kerana mereka adalah Muslim. Keengganan mereka membayar zakat kepada Abu Bakar tidak boleh menjadi hujah kepada kemurtadan mereka. Pembunuhan ke atas mereka disebabkan salah faham mengenai perkataan 'idfi'u, iaitu mengikut suku Kinanah ia bererti "bunuh" dan dalam bahasa Arab biasa ia bererti "panaskan mereka dengan pakaian" dan tidak menghalalkan darah mereka. Sepatutnya mereka merujuk perkara itu kepada Khalid bagi mengetahui maksudnya yang sebenar. Tetapi mereka terus membunuh kaumnya dan Malik sendiri telah dibunuh oleh Dhirar yang bukan dari suku Kinanah. Oleh itu Dhirar pasti memahami bahawa perkataaan idfi'u bukanlah perkataan untuk mengharuskan pembunuhan, namun ia tetap membunuh Malik. Lantaran itu alasan kekeliruan berlaku di dalam pembunuhan tersebut tidak boleh menjadi hujah dalam jenayah Khalid, apatah lagi perzinaannya dengan isteri Malik bin Nuwairah selepas dia dibunuh. Dengan itu tidak hairanlah jika Ali AS dan Umar meminta Khalifah Abu Bakar supaya merejam Khalid, tetapi Abu Bakar enggan melakukannya. Jika tidak membayar zakat djadikan alasan serangan dan pembunuhan, maka Nabi SAW sendiri tidak memerangi sahabatnya Tha'labah yang enggan membayar zakat kepada beliau SAW. Allah SWT menurunkan peristiwa ini di dalam Surah al-Taubah(9):75-77. Semua ahli tafsir Ahlul Sunnah menyatakan bahawa ayat itu diturunkan mengenai Tha'labah yang enggan membayar zakat kerana beranggapan bahawa ianya jizyah. Maka Allah SWT mendedahkan hakikatnya. Dan Nabi SAW tidak memeranginya dan tidak pula merampas hartanya sedangkan beliau SAW mampu melakukannya. Adapun Malik bin Nuwairah dan kaumnya bukanlah mengingkari zakat sebagai satu fardhu agama. Tetapi apa yang mereka ingkar ialah penguasaan Abu Bakar ke atas jawatan khalifah selepas Rasulullah SAW dengan menggunakan kekuatan dan paksaan. Dan mereka pula benar-benar mengetahui tentang hadith al-Ghadir. Oleh itu tidak hairanlah jika Abu Bakar terus mempertahankan Khalid tanpa mengira jenayah yang dilakukannya terhadap Muslimin kerana Khalid telah melakukan sesuatu untuk kepentingan politik dan dirinya. Malah itulah perintahnya di bawah operasi "enggan membayar zakat dan murtad" sekalipun ianya bertentangan dengan Sunah Nabi SAW.

  1. Khalifah Abu Bakar telah melarang orang ramai dari menulis dan meriwayatkan Sunnah Nabi SAW. Dia berucap kepada orang ramai selepas kewafatan Nabi SAW,"Kalian meriwayatkan daripada Rasulullah SAW hadith-hadith di mana kalian berselisih faham mengenainya. Orang ramai selepas kalian akan berselisih faham lebih kuat lagi. Justeru itu janganlah kalian meriwayatkan sesuatupun (syaian) daripada Rasulullah SAW. Dan sesiapa yang bertanya kepada kalian, maka katakanlah:Bainana wa bainakum kitabullah (Kitab Allah di hadapan kita). Maka hukumlah menurut hala dan haramnya."[Al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz,I,hlm.3] Kata-kata Abu Bakar ini telah diucapkan beberapa hari selepas peristiwa Hari Khamis iaitu bertepatan dengan kata-kata Umar ketika dia berkata:"Rasulullah SAW sedang meracau dan cukuplah bagi kita Kitab Allah (Hasbuna Kitabullah)." Lantaran itu kata-kata Abu Bakar tadi adalah bertentangan dengan Sunnah Nabi yang dicatatkan oleh Ahlul Sunnah:"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara sekiranya kalian berpegang kepada kedua-duanya;Kitab Allah dan “Sunnahku.”" Oleh itu tidak hairanlah jika Khalifah Abu Bakar tidak pernah senang hati semenjak dia mengumpulkan lima ratus hadith Rasulullah SAW semasa pemerintahannya. Kemudian dia membakarnya pula.[al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal,V,hlm. 237] Dengan ini dia telah menghilangkan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh itu kata-kata Abu Bakar:"Janganlah kalian meriwayatkan sesuatupun daripada Rasulullah SAW" menunjukkan larangan umum terhadap pengriwayatan dan penulisan hadith Rasulullah SAW. Dan ianya tidak boleh ditakwilkan sebagai berhati-hati atau mengambil berat atau sebagainya. Lantaran itu ijtihad Khalifah Abu Bakar adalah bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAW:"Allah memuliakan seseorang yang mendengar hadithku dan menjaganya, dan menyebarkannya. Kadangkala pembawa ilmu (hadith) membawanya kepada orang yang lebih alim darinya dan kadangkala pembawa ilmu (hadith) bukanlah seorang yang alim."[Ahmad bin Hanbal, al-Musnad,I,hlm.437;al-Hakim, al-Mustadrak,I,hlm.78] Dan sabdanya:"Siapa yang ditanya tentang ilmu maka dia menyembunyikannya, Allah akan membelenggukannya dengan api neraka."[Ahmad bin Hanbal,al-Musnad,III,hlm.263]

  1. Khalifah Abu Bakar telah melantik Umar menjadi khalifah selepasnya secara wasiat, walhal dia sendiri menolak wasiat Nabi SAW. Beliau bersabda:"Ali adalah saudaraku, wasiku, wazirku dan khalifah selepasku" dan sabdanya:"Siapa yang menjadikan aku maulanya maka Ali adalah maulanya."Dan penyerahan jawatan khalifah kepada Umar adalah menyalahi prinsip syura yang diagung-agungkan oleh Ahlul Sunnah. Justeru itu Abu Bakar adalah orang yang pertama merosakkan sistem syura dan memansuhkannya. Pertama, dia menggunakan "syura terhad" bagi mencapai cita-citanya untuk menjadi khalifah tanpa menjemput Bani Hasyim untuk menyertainya. Kedua, apabila kedudukannya menjadi kuat, dia melantik Umar untuk menjadi khalifah selepasnya tanpa syura dengan alasan bahawa Umar adalah orang yang paling baik baginya untuk memegang jawatan khalifah selepasnya.

  1. Khalifah Abu Bakar telah meragui jawatan khalifahnya. Dia berkata:"Sepatutnya aku bertanya Rasulullah SAW, adalah orang-orang Ansar mempunyai hak yang sama di dalam jawatan khalifah?" Ini adalah keraguan tentang kesahihan atau kebatilannya. Dialah orang yang menentang orang-orang Ansar manakala mereka mengatakan bahawa Amir mestilah dari golongan Quraisy." Sekiranya apa yang diriwayatkan olehnya itu benar, bagaimana dia meragui"nya" pula. Dan jikalau tidak, dia telah menentang orang-orang Ansar dengan "hujah palsu."[Al-Ya'qubi, Tarikh al-Ya'qubi,II,hlm.127; Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah,I,hlm.18,19;al-Masudi, Muruj al-Dhahab,II,hlm.302]

  1. Khalifah Abu Bakar berkata:"Pecatlah aku kerana aku bukanlah orang yang baik di kalangan kalian."Di dalam riwayat lain,"Ali di kalangan kalian."[Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah,I,hlm.14;al-Muttaqi al-Hindi,Kanz al Ummal,III,hlm.132] Jikalau kata-katanya benar, bererti dia tidak layak untuk menjadi khalifah Rasulullah SAW, berdasarkan pengakuannya sendiri.

  1. Khalifah Abu Bakar menamakan dirinya "Khalifah Rasulullah".[Ibn Qutaibah,al-Imamah wa al-Siyasah ,I,hlm.13];al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa',hlm.78] Penamaannya adalah bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAW kerana beliau tidak menamakannya dan melantiknya, malah beliau menamakan Ali dan melantiknya. Beliau bersabda:"Siapa yang aku menjadimaulanya maka Ali adalah maulanya."Dan hadith-hadith yang lain tentang perlantikan Ali AS sebagai khalifah selepas Rasulullah SAW.

  1. Khalifah Abu Bakar tidak pernah dilantik oleh Nabi SAW untuk menjalankan mana-mana pekerjaan, malah beliau melantik orang lain. Hanya pada satu masa beliau melantiknya untuk membawa Surah Bara'ah, tetapi beliau mengambil kembali tugas itu dan kemudian meminta Ali AS untuk melaksanakannya.[Al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba,hlm.61;al-Turmudhi, Sahih,II,hlm.461;Ibn Hajr, al-Isabah,II,hlm.509]

  1. Khalifah Abu Bakar tidak mengetahui pengertian al-Abb iaitu firman-Nya di dalam Surah 'Abasa (80):31:"Dan buah-buahan (Fakihatun) serta rumput-rumputan (abban)."Dia berkata:"Langit mana aku akan junjung dan bumi mana aku akan pijak, jika aku berkata sesuatu di dalam Kitab Allah apa yang aku tidak mengetahui?"[al-Muttaqi al-Hindi,Kanz al-Ummal,I,hlm.274]

  1. Khalifah Abu Bakar telah mengetahui dia akan melakukan bid'ah-bid'ah selepas Rasulullah SAW. Malik bin Anas di dalam a-Muwatta bab "jihad syuhada’ fi sabilillah' telah meriwayatkan daripada hamba Umar bin Ubaidillah bahawa dia menyampaikannya kepadanya bahawa Rasulullah SAW bersabda kepada para syahid di Uhud:"Aku menjadi saksi kepada mereka semua."Abu Bakar berkata:"Tidakkah kami wahai Rasulullah SAW saudara-saudara mereka. Kami telah masuk Islam sebagaimana mereka masuk Islam dan kami telah berjihad di jalan Allah sebagaimana mereka berjihad?" Rasulullah SAW menjawab:"Ya! Tetapi aku tidak mengetahui bid'ah mana yang kalian akan lakukan selepasku."Abu Bakar pun menangis, dan dia terus menangis. Bid'ah-bid'ah yang dilakukan oleh para sahabat memang telah diakui oleh mereka sendiri, di antaranya al-Bara' bin Azib. Al-Bukhari di dalam Sahihnya "Kitabb bad' al-Khalq fi bab Ghuzwah al-Hudaibiyyah" telah meriwayatkan dengan sanadnya daripada al-Ala bin al-Musayyab daripada bapanya bahawa dia berkata:"Aku berjumpa al-Barra bin Azib maka aku berkata kepadanya: Alangkah beruntungnya anda kerana bersahabat dengan Nabi SAW dan anda telah membai'ah kepadanya di bawah pokok. Maka dia menjawab: Wahai anak saudaraku. Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang kami telah lakukan (Ahdathna) selepasnya."[Al-Bukhari, Sahih,III, hlm.32] Anas bin Malik meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda kepada orang-orang Ansar:"Sesungguhnya kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat selepasku. Oleh itu bersabarlah sehingga kalian bertemu Allah dan Rasul-Nya di Haudh."Anas berkata:"Kami tidak sabar."[Al-Bukhari, Sahih,III, hlm.135] Ibn Sa'd juga telah meriwayatkan di dalam Tabaqatnya, VIII, hlm. 51, dengan sanadnya dari Ismail bin Qais bahawa dia berkata:"Aisyah ketika wafatnya berkata:Sesungguhnya aku telah melakukan bid'ah-bid'ah (Ahdathtu) selepas Rasulullah SAW, maka kebumikanlah aku bersama-sama isteri Nabi SAW." Apa yang dimaksudkan olehnya ialah "Jangan kalian mengkebumikan aku bersama Rasulullah SAW kerana aku telah melakukan bid'ah-bid'ah selepasnya. Lantaran itu khalifah Abu Bakar, al-Barra bin Azib, Anas bin Malik dan Aisyah telah memberi pengakuan masing-masing bahawa mereka telah melakukan bid'ah-bid'ah dengan mengubah Sunnah-sunnah Rasulullah SAW.

  1. Khalifah Abu Bakar digodai syaitan. Dia berkata:"Syaitan menggodaku, sekiranya aku betul maka bantulah aku dan sekiranya aku menyeleweng, maka betulkan aku."[Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah,I, hlm. 6; al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal,III, hlm. 126; Ibn Hajr, al-SAW'iq al-Muhriqah, hlm. 7; al-Syablanci,Nur al-Absar, hlm. 53]

  1. Khalifah Abu Bakar menyesal menjadi seorang manusia, malah dia ingin menjadi pokok dimakan oleh binatang kemudian mengeluarkannya. Abu Bakar berkata:"Ketika dia melihat seekor burung hingap di atas suatu pokok, di berkata:Beruntunglah engkau wahai burung. Engkau makan buah-buahan dan hinggap di pokok tanpa hisab dan balasan. Tetapi aku lebih suka jika aku ini sebatang pokok yang tumbuh di tepi jalan. Kemudian datang seekor unta lalu memakanku. Kemudian aku dikeluarkan pula dan tidak menjadi seorang manusia."[al-Muhibb al-Tabari, al-Riyadh al-Nadhirah,I,hlm. 134; Ibn Taimiyyah, Minhaj al-Sunnah,III,hlm. 130] Kata-kata khalifah Abu Bakar itu adalah bertentangan dengan firman Allah SWT di dalam Surah al-Tin (95):4:"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia di dalam bentuk yang sebaik-baiknya."Dan jika Abu Bakar seorang wali Allah kenapa diaharus takut kepada hari hisab?Sedangkan Allah telah memberi khabar gembira kepada wali-walinya di dalam Surah Yunus(10):62-64,"Ingatlah, sesungguhnya wal-wali Allah ini tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih iaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

  1. Khalifah Abu Bakar ketika sakit menyesal kerana mencerobohi rumah Fatimah AH. Dia berkata:"Sepatutnya akut tidak mencerobohi rumah Fatimah sekalipun beliau mengisytiharkan perang terhadapku."[Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah,I,hlm. 18-19; al-Tabari, Tarikh ,IV, hlm. 52;Ibn Abd Rabbih,Iqd al-Farid,II,hlm.254]

  1. Khalifah Abu Bakar telah menjatuhkan air muka Rasulullah SAW di hadapan musyrikin yang datang berjumpa dengan Rasulullah SAW supaya mengembalikan hamba-hamba mereka yang lari dari mereka. Musyrikun berkata:"Hamba-hamba kami telah datang kepada anda bukanlah kerana mereka cinta kepada agama tetapi mereka lari dari milik kami dan harta kami. Lebih-lebih lagi kami adalah jiran anda dan orang yang membuat perjanjian damai dengan anda."Tetapi Rasulullah tidak mahu menyerahkan kepada mereka hamba-hamba tersebut kerana khuatir mereka akan menyiksa hamba-hamba tersebut dan beliau tidak mahu juga mendedahkan hakikat ini kepada mereka. Rasulullah SAW bertanya kepada Abu Bakar dengan harapan dia menolak permintaan mereka. Sebaliknya Abu Bakar berkata:"Benar kata-kata mereka itu. Lantas berubah muka Rasulullah SAW kerana jawapannya menyalahi apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.[al-Nasa'i, al-Khasa'is,hlm. 11; Ahmad bin Hanbal, al-Musnad,I,hlm. 155] Sepatutunya khalifah Abu Bakar dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW tetapi dia tidak dapat memahaminya, malah dia memihak kepada musyrikun berdasarkan ijtihadnya.

  1. Khalifah Abu Bakar tidak membunuh Dhu al-Thadyah sedangkan Rasulullah SAW telah memerintahkan Abu Bakar supaya membunuh Dhu al-Thadyah. Abu Bakar mendapati lelaki itu sedang mengerjakan solat. Lalu dia berkata kepada Rasulullah SAW:"Subhanallah! Bagaimana aku membunuh lelaki yang sedang mengerjakan solat?" (Ahmad b.Hanbal,al-Musnad,III,hlm.14-150) Sepatutnya dia membunuh lelaki itu tanpa mengira keadaan kerana Rasulullah SAW telah memerintahkannya. Tetapi dia tidak membunuhnya, malah dia menggunakan ijtihadnya bagi menyalahi Sunnah Rasulullah SAW.

  1. Khalifah Abu Bakar mengatakan bahawa saham jiddah (nenek) tidak ada di dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Seorang nenek bertanya kepada Abu Bakar tentang pusakanya. Abu Bakar menjawab:"Tidak ada saham untuk anda di dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh itu kembalilah."Lalu al-Mughirah bin Syu''bah berkata:"Aku berada di sisi Rasulullah SAW bahawa beliau memberikannya (nenek) seperenam saham."Abu Bakar berkata:"Adakah orang lain bersama anda?" Muhammad bin Muslimah al-Ansari bangun dan berkata sebagaimana al-Mughirah. Maka Abu Bakar memberikannya seperenam.[Malik, al-Muwatta,I,hlm. 335; Ahmad bin Hanbal, al-Musnad,IV,hlm.224;Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid,II, hlm.334]

  1. Khalifah Abu Bakar tidak mengetahui hukum had ke atas pencuri yang kudung satu tangan dan satu kakinya. Daripada Safiyyah binti Abi Ubaid,"Seorang lelaki kudung satu tangan dan satu kakinya telah mencuri pada masa pemerintahan Abu Bakar. Lalu Abu Bakar mahu memotong kakinya dan bukan tangannya supaya dia dapat bermunafaat dengan tangannya. Maka Umar berkata:"Demi yang diriku di tanganNya, anda mesti memotong tangannya yang satu itu."Lalu Abu Bakar memerintahkan supaya tangannya dipotong."[al-Baihaqi, Sunan,VIII,hlm.273-4]

  1. Khalifah Abu Bakar berpendapat bahawa seorang khalifah bukan semestinya orang yang paling alim (afdhal).[Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siyasah, I,hlm. 16; al-Baqillani, al-Tamhid,hlm. 195; al-Halabi, Sirah Nabawiyyah,III, hlm.386] Ijtihadnya adalah bertentangan dengan firman Tuhan di dalam Surah al-Zumar (39):9:"Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran" dan firman-Nya di dalam Surah Yunuss (10):35:"Maka apakah orang-orang yang menunjuki jalan kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang-orang yang tidka dapat memberi petujuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimana kamu mengambil keputusan?"

  1. Khalifah Abu Bakar tidak pernah melakukan korban (penyembelihan) kerana khuatir kaum Muslimin akan menganggapnya wajib. Tindakannya adalah bertentangan dengan Sunnah Rasulullah SAW yang menggalakkannya.[Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, IX,hlm. 265; al-Syafi'i, al-Umm, II, hlm.189]

  1. Khalifah Abu Bakar mengatakan maksiat yang dilakukan oleh seseorang itu telah ditakdirkan oleh Allah sejak azali lagi, kemudian Dia menyeksanya di atas perbuatan maksiatnya. Seorang lelaki bertanya kepadanya:"Adakah anda fikir zina juga qadarNya? Lelaki itu bertanya lagi:"Allah mentakdirkannya ke atasku kemudian menyiksa aku?" Khalifah Abu Bakar menjawab:"Ya. Demi Tuhan sekiranya aku dapati seseorang masih berada di sisiku, nescaya aku menyuruhnya memukul hidung anda."[al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, hlm.65] Oleh itu ijtihad Abu Bakar itu adalah bertentangan dengan firman-firman Tuhan di antaranya:
    1. Firman-Nya di dalam Surah al-Insan (76):3:"Sesungguhnya kami telah menunjukkinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."
    2. Firman-Nya di dalam Surah al-Balad (90):10:"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan."
    3. Firman-Nya di dalam Surah al-Naml (27):40:"Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia’”.
  2. Khalifah Abu Bakar berkata:"Jika pendapatku betul, maka ianya daripada Allah dan jika ianya salah maka ia adalah daripada aku dan daripada syaitan."[Al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, VI, hlm. 223; al-Tabari, Tafsir, VI hlm. 30; Ibn Kathir, Tafsir, I, hlm.260] Kata-kata Abu Bakar menunjukkan bahawa dia sendiri tidak yakin kepada pendapatnya. Dan dia memerlukan bimbingan orang lain untuk menentukan kesalahannya.

  1. Khalifah Abu Bakar mengetahui bahawa dia tidak terlepas dari kilauan dunia, lantaran itu dia menangis. Al-Hakim di dalam Mustadrak, IV, hlm. 309 meriwayatkan dengan sanadnya daripada Zaid bin Arqam, dia berkata:"Kami pada suatu masa telah berada bersama Abu Bakar, dia meminta minuman, lalu diberikan air dan madu. Manakala dia mendekatkannya ke mulutnya dia menangis sehingga membuatkan sahabat-sahabatnya menangis. Akhirnya merekapun berhenti menangis, tetapi dia terus menangis. Kemudian dia kembali dan menangis lagi sehingga mereka menyangka bahawa mereka tidak mampu lagi menyelesaikan masalahnya. Dia berkata:kemudian dia menyapu dua matanya. Mereka berkata:Wahai khalifah Rasulullah! Apakah yang sedang ditolak oleh anda? Beliau menjawab:"Dunia ini (di hadapanku) telah "memperlihatkan"nya kepadaku, maka aku berkata kepadanya:Pergilah dariku maka ianya pergi kemudian dia kembali lagi dan berkata:Sekiranya anda terlepas dariku, orang selepas anda tidak akan terlepas dariku." Hadith ini diriwayatkan juga oleh ak-Khatib di dalam Tarikh Baghdad, X,hlm. 268 dan Abu Nu'aim di dalam Hilyah al-Auliya', I, hlm.30]

  1. Khalifah Abu Bakar tidak mempunyai kata pemutus ke atas pemerintahannya melainkan ianya dipersetujui oleh Umar. Adalah diriwayatkan bahawa "Uyainah bin Hasin dan al-Aqra bin Habis datang kepada Abu Bakar dan berkata:"Wahai khalifah Rasulullah, izinkan kami menanam di sebidang tanah yang terbiar berhampiran kami. Kami akan membajak dan menanamnya. Mudah-mudahan Allah akan memberikan manfaat kepada kami dengannya."Lalu Abu Bakar menulis surat tentang persetujuannya. Maka kedua-duanya berjumpa Umar untuk mempersaksikan kandungan surat tersebut. Apabila kedua-duanya membacakan kandungannya kepadanya, Umar merebutnya dari tangan mereka berdua dan meludahnya. Kemudian memadamkannya. Lalu kedua-duanya mendatangi Abu Bakar dan berkata:"Kami tidak mengetahui adakah anda khalifah atau Umar." Kemudian mereka berdua menceritakan kepadanya. Lalu Abu Bakar berkata:"Kami tidak melaksanakan sesuatu melainkannya dipersetujui oleh Umar."{al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal, VI, hlm. 335; Ibn Hajr, al-Isabah, I,hlm.56]

  1. Khalifah Abu Bakar telah dicaci oleh seorang lelaki di hadapan Rasulullah SAW. Tetapi Nabi SAW tidak melarangnya sebaliknya beliau tersenyum pula, Ahmad bin Hanbal SAW sedang duduk, maka Nabi SAW kagum dan tersenyum.[Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, VI, hlm.436]

  1. Khalifah Abu Bakar dan Umar telah bertengkar sehingga suara mereka di hadapan Rasulullah SAW. Abu Bakar berkata:"Wahai Rasulullah lantiklah al-Aqra bin Habi bagi mengetuai kaumnya." Umar berkata:"Wahai Rasulullah janganlah anda melantiknya sehingga mereka menengking dan meninggikan suara mereka di hadapan Rasulullah SAW." Lalu diturunkan ayat di dalam Surah al-Hujurat(49):2,"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari Nabi dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak terhapus pahala amalanmu, sedangkan kamu tidak menyedari." Sepatutnya mereka berdua bertanya dan merujuk kepada Rasulullah SAW mengenainya.[Ahmad bin Hanbal, al-Musnad,IV, hlm.6;al-Tahawi, Musykil al-Athar,I,hlm. 14-42]